Minggu, 10 Januari 2016

Islam di Amerika Serikat



Amerika serikat, mendengar nama negara ini pikiran di benak sebagian besar orang adalah negara adidaya, super power, sekular, kapitalis, demokratis dan sangat mendominasi di kancah Internasional. Dalam perpolitikan pemerintahannya, sistem yang dipakai adalah demokrasi. Bahkan negara satu ini memang merupakan negara paling demokrat no. 1 di dunia. Lalu, saat ini posisi Islam di negara adidaya ini perlu dipertanyakan. Apakah Islam juga dipandang sama dan diberikan hak yang sama sebagai salah satu agama yang juga dianut oleh sebagian warga negaranya? Persoalan ini memerlukan pengetahuan mengenai bagaimana pandangan-pandangan AS dan sikapnya terhadap Islam.

Islam adalah ancaman, pemikiran ini lah yang merasuk ke dalam AS. Setelah komunisme tumbang sebagai musuh utamanya di dunia, kemudian Islam dianggap sebagai penggantinya yang harus selalu diwaspadai. Mayoritas masyarakat Amerika mengetahui sedikit tentang Islam melalui media. Media disana pun disetir untuk menjelekkan citra Islam. Sehingga tak heran jika banyak masyarakat disana mengenal Islam sebagai agama yang buruk, tidak kompatibel dengan era modern, fundamentalis dan suka untuk menggunakan kekerasan. Situasi ini lah yang mendorong muncul dan berkembangnya Islamophobia (Phobia atau anti terhadap segal yang berbau Islam) di Amerika. Namun situasi ini secara bertahap berubah dengan semakin terkuaknya keindahan Islam dan ketidakbenaran akan keburukan-keburukan Islam seperti yang diberitakan oleh banyak media.

“Selama bertahun-tahun, di media kita banyak moderator acara talkshow, di stasiun televisi ‘Fox News’, juga stasiun lain, kolumnis di koran, pendeta, Kristen garis keras dan lainnya yang phobia terhadap Islam. Dan publik Amerika terpapar hal-hal itu setiap hari.” Papar jim kolbe. Ditambah lagi politisi yang melontarkan pernyataan anti Islam demi mendapat simpati pemilih. Menurut banyak penelitian, muslim di Amerika terintegrasi dengan baik, kata John Eksposito. Mereka berintegrasi denga masyarakat secara ekonomi, dari tingkat pendidikan, dan secara politik juga makin bertambah. Banyak penghasilan di atas rata-rata orang Amerika.

Namun, mengingat situasi ekonomi yang buruk, orang sering mencari kambing hitam dan menemukannya pada Muslim. Tingginya angka pengangguran ikut berpengaruh, juga ketidaksukaan yang berkembang saat ini terhadap orang asing dan imigraan ilegal, kata Muqtedar Khan, profesor Ilmu politik di Universitas Delaware.”Ada ketakutan bahwa Amerika berubah. Pilihan terhadap nama tengahnya hussein, ikut berkontribusi. Banyak orang Amerika khawatir, perubahan tidak bisa dielakka. Sebagian ingin negara kembali didominasi umat Kristen kulit putih. Mereka takut terpinggirkan di negara mereka sendiri,” ungkap Muqtedar Khan, yang lahir di India dan sudah 20 tahun hidup di AS.

Di satu sisi, Islam memang dipandang sebagi hal yang buruk, namun disisi lain Islam terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Islam sendiri mulai masuk ke Amerika Serikat melalui imigrasi yang dilakukan oleh imingran dari Syria besar (Syria, Jordan, Palestina dan Lebanon). Pada saat itu, Syria besar dibawah kekuasaan kekaisaran Ottoman yang menurut mereka tidak banyak memberikan kesejahteraan ekonomi, sehinggga mereka memutuskan bermigrasi untuk memperbaiki taraf hidupnya di Amerika. Ini merupakan gelombang pertama Islam masuk Amerika.

Selama ini, Islam memang belum menjadi mayoritas di negara yang paling demokratis ini. Namun suatu perkembangannya dari waktu ke waktu tak bisa dielakkan. Perkembangan muslim di Amerika dapat dilihat pada akhir abad 20 an. Masyarakat muslim telah menyebar di berbagai kota besar seperti dearborn dan Michigan dengan penduduk muslim berjumah sekitar 800.000 imigran muslim , Chicago dengan 250.000 imigran dan penduduk asli muslim, New Yorkdan pantai timur Amerika tercatat lebih dari 250.000 muslim. Di California yang banyak menampung imigran dari Iran dan Pakistan memiliki lebih dari 250.000 kaum muslimin.

Hal tersebut, belum seberapa jika dibandingkan perkembangan Islam yang begitu pesat pasca tragedi 9/11 dimana Islam terpojokkan posisinya sebagai pelaku dari kejahatan terorisme yang terjadi. Aneh memang, karena seharusnya, dengan tragedi tersebut perkembangan Islam seharusnya mengalami penurunan drastis. Kebencian yang bertambah memang dirasakan oleh beberapa orang Amerika karena aksi pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikiranya dilakukan oleh kelompok Islam. Ditambah lagi, media yang memberikan bumbu-bumbu kebencian terhadap Islam dan semakin menggembor-gemborkan keburukan Islam. Namun, di sisi lain anomali terjadi, karena pada kenyataannya pertumbuhan Islam di negara sekular tersebut begitu pesat. Tercatat 8 juta orang Muslim yang kini berada di Amerika dan 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah tragedi pemboman tersebut. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika.

Penyebab terjadinya pertumbuhan muslim yang tak terduga itu tidak lain karena keingintahuan masyarakat Amerika bahkan Eropa akan Islam. Bagaimana di Era modern saat ini, terdapat agama yang mengajarkan kekerasan yang sangat tidak kompatibel dengan era globalisasi. Dimulai dari rasa penasaran ini lah kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku serta Al-Qur’an yang menjadi pedoman orang Islam. Setelah mengetahui tentang Islam sebenarnya, bukannya bertambah kebenciannya terhadap Islam malah kedamaian yang mereka temukan. Islam ternyata merupakan agama yang sangat toleran, menghargai hak asasi manusia, memuliakan posisi perempuan, tidak mengiyakan adanya kekerasan dan banyak lagi keunggulannya lainnya.

Mereka (masyarakat Amerika) yang selama ini kekeringan spiritual dan kehidupannya yang tak terarah serasa mendapat kesejukan dan kedamaian hati di dalam Islam. Kehidupan mereka sebelumnya di negara sekular tersebut hanyalah kebebasan yang tak terarah, hidup hanyalah tentang uang. Free sex, clubbing dan berbagai kesenangan lainnya pada dasarnya mereka sadari tak memberi kepuasan batin dan ketenangan jiwa. Namun di Islam, setiap detail kelakuan telah diatur dan terarah. Islam yang dinilai mendiskriminasi posisi perempuan tidak benar adanya. Islam yang memerintahkan perempuan untuk menutupi aurat pada kenyataanya adalah untuk melindunginya, serta memuliakannya karena perempuan merupakan perhiasan yang perlu untuk dijaga. Free sex dan kesenangan lainnya pada kenyataanya adalah merugikan dan malah merendahkan derajat perempuan.

Dari paparan diatas, dapat diprediksikan bahwa Islam di Amerika memilki masa depan yang cerah. Selain itu dalam beberapa dekade ke depan, jika persentase pertumbuhan muslim konstan maka Islam secara pasti akan menjadi agama mayoritas di negara superpower tersebut. Dengan begitu, diskriminasi terhadap muslim sebagai minoritas akan berkurang bahkan berhenti. Apalagi Amerika merupakan negara yang banyak memberikan pengaruh terhadap banyak negara dan dunia Internasional, sehingga diskriminasi terhadap muslim yang minoritas di negara lain akan berkurang pula, khususnya di Eropa sebagai kawasan yang memilki banyak kaum Islamophobia. Semakin bertambahnya penganutnya, secara otomatis kekuasaan akan dunia perpolitikan, ekonomi, budaya dan aspek lainnya akan diberada di bawah kaum muslimin yang menjalankannya secara Islamis.



Daftar Pustaka:
§   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar