Amerika serikat, mendengar nama negara
ini pikiran di benak sebagian besar orang adalah negara adidaya, super power, sekular, kapitalis,
demokratis dan sangat mendominasi di kancah Internasional. Dalam perpolitikan
pemerintahannya, sistem yang dipakai adalah demokrasi. Bahkan negara satu ini
memang merupakan negara paling demokrat no. 1 di dunia. Lalu, saat ini posisi
Islam di negara adidaya ini perlu dipertanyakan. Apakah Islam juga dipandang
sama dan diberikan hak yang sama sebagai salah satu agama yang juga dianut oleh
sebagian warga negaranya? Persoalan ini memerlukan pengetahuan mengenai
bagaimana pandangan-pandangan AS dan sikapnya terhadap Islam.
Islam adalah ancaman, pemikiran ini
lah yang merasuk ke dalam AS. Setelah komunisme tumbang sebagai musuh utamanya
di dunia, kemudian Islam dianggap sebagai penggantinya yang harus selalu
diwaspadai. Mayoritas masyarakat Amerika mengetahui sedikit tentang Islam
melalui media. Media disana pun disetir untuk menjelekkan citra Islam. Sehingga
tak heran jika banyak masyarakat disana mengenal Islam sebagai agama yang
buruk, tidak kompatibel dengan era modern, fundamentalis dan suka untuk
menggunakan kekerasan. Situasi ini lah yang mendorong muncul dan berkembangnya
Islamophobia (Phobia atau anti terhadap segal yang berbau Islam) di Amerika. Namun
situasi ini secara bertahap berubah dengan semakin terkuaknya keindahan Islam
dan ketidakbenaran akan keburukan-keburukan Islam seperti yang diberitakan oleh
banyak media.
“Selama bertahun-tahun, di media kita
banyak moderator acara talkshow, di stasiun televisi ‘Fox News’, juga stasiun
lain, kolumnis di koran, pendeta, Kristen garis keras dan lainnya yang phobia
terhadap Islam. Dan publik Amerika terpapar hal-hal itu setiap hari.” Papar jim
kolbe. Ditambah lagi politisi yang melontarkan pernyataan anti Islam demi
mendapat simpati pemilih. Menurut banyak penelitian, muslim di Amerika
terintegrasi dengan baik, kata John Eksposito. Mereka berintegrasi denga
masyarakat secara ekonomi, dari tingkat pendidikan, dan secara politik juga
makin bertambah. Banyak penghasilan di atas rata-rata orang Amerika.
Namun, mengingat situasi ekonomi yang
buruk, orang sering mencari kambing hitam dan menemukannya pada Muslim. Tingginya
angka pengangguran ikut berpengaruh, juga ketidaksukaan yang berkembang saat
ini terhadap orang asing dan imigraan ilegal, kata Muqtedar Khan, profesor Ilmu
politik di Universitas Delaware.”Ada ketakutan bahwa Amerika berubah. Pilihan
terhadap nama tengahnya hussein, ikut berkontribusi. Banyak orang Amerika
khawatir, perubahan tidak bisa dielakka. Sebagian ingin negara kembali didominasi
umat Kristen kulit putih. Mereka takut terpinggirkan di negara mereka sendiri,”
ungkap Muqtedar Khan, yang lahir di India dan sudah 20 tahun hidup di AS.
Di satu sisi, Islam memang dipandang
sebagi hal yang buruk, namun disisi lain Islam terus mengalami perkembangan
dari tahun ke tahun. Islam sendiri mulai masuk ke Amerika Serikat melalui imigrasi
yang dilakukan oleh imingran dari Syria besar (Syria, Jordan, Palestina dan
Lebanon). Pada saat itu, Syria besar dibawah kekuasaan kekaisaran Ottoman yang
menurut mereka tidak banyak memberikan kesejahteraan ekonomi, sehinggga mereka
memutuskan bermigrasi untuk memperbaiki taraf hidupnya di Amerika. Ini
merupakan gelombang pertama Islam masuk Amerika.
Selama ini, Islam memang belum menjadi
mayoritas di negara yang paling demokratis ini. Namun suatu perkembangannya
dari waktu ke waktu tak bisa dielakkan. Perkembangan muslim di Amerika dapat
dilihat pada akhir abad 20 an. Masyarakat muslim telah menyebar di berbagai
kota besar seperti dearborn dan Michigan dengan penduduk muslim berjumah
sekitar 800.000 imigran muslim , Chicago dengan 250.000 imigran dan penduduk
asli muslim, New Yorkdan pantai timur Amerika tercatat lebih dari 250.000
muslim. Di California yang banyak menampung imigran dari Iran dan Pakistan
memiliki lebih dari 250.000 kaum muslimin.
Hal tersebut, belum seberapa jika
dibandingkan perkembangan Islam yang begitu pesat pasca tragedi 9/11 dimana
Islam terpojokkan posisinya sebagai pelaku dari kejahatan terorisme yang
terjadi. Aneh memang, karena seharusnya, dengan tragedi tersebut perkembangan
Islam seharusnya mengalami penurunan drastis. Kebencian yang bertambah memang
dirasakan oleh beberapa orang Amerika karena aksi pemboman World Trade Center
pada 11 September 2001 yang dikiranya dilakukan oleh kelompok Islam. Ditambah
lagi, media yang memberikan bumbu-bumbu kebencian terhadap Islam dan semakin
menggembor-gemborkan keburukan Islam. Namun, di sisi lain anomali terjadi,
karena pada kenyataannya pertumbuhan Islam di negara sekular tersebut begitu
pesat. Tercatat 8 juta orang Muslim yang kini berada di Amerika dan 20.000
orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah tragedi pemboman tersebut. Pertumbuhan
ini merupakan pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya
dalam sejarah Amerika.
Penyebab terjadinya pertumbuhan muslim
yang tak terduga itu tidak lain karena keingintahuan masyarakat Amerika bahkan
Eropa akan Islam. Bagaimana di Era modern saat ini, terdapat agama yang
mengajarkan kekerasan yang sangat tidak kompatibel dengan era globalisasi.
Dimulai dari rasa penasaran ini lah kemudian masyarakat berbondong-bondong
mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku serta Al-Qur’an yang menjadi
pedoman orang Islam. Setelah mengetahui tentang Islam sebenarnya, bukannya
bertambah kebenciannya terhadap Islam malah kedamaian yang mereka temukan. Islam
ternyata merupakan agama yang sangat toleran, menghargai hak asasi manusia,
memuliakan posisi perempuan, tidak mengiyakan adanya kekerasan dan banyak lagi
keunggulannya lainnya.
Mereka (masyarakat Amerika) yang selama
ini kekeringan spiritual dan kehidupannya yang tak terarah serasa mendapat
kesejukan dan kedamaian hati di dalam Islam. Kehidupan mereka sebelumnya di
negara sekular tersebut hanyalah kebebasan yang tak terarah, hidup hanyalah tentang
uang. Free sex, clubbing dan berbagai kesenangan lainnya pada dasarnya mereka
sadari tak memberi kepuasan batin dan ketenangan jiwa. Namun di Islam, setiap
detail kelakuan telah diatur dan terarah. Islam yang dinilai mendiskriminasi
posisi perempuan tidak benar adanya. Islam yang memerintahkan perempuan untuk
menutupi aurat pada kenyataanya adalah untuk melindunginya, serta memuliakannya
karena perempuan merupakan perhiasan yang perlu untuk dijaga. Free sex dan
kesenangan lainnya pada kenyataanya adalah merugikan dan malah merendahkan
derajat perempuan.
Dari paparan diatas, dapat
diprediksikan bahwa Islam di Amerika memilki masa depan yang cerah. Selain itu
dalam beberapa dekade ke depan, jika persentase pertumbuhan muslim konstan maka
Islam secara pasti akan menjadi agama mayoritas di negara superpower tersebut. Dengan begitu, diskriminasi terhadap muslim
sebagai minoritas akan berkurang bahkan berhenti. Apalagi Amerika merupakan
negara yang banyak memberikan pengaruh terhadap banyak negara dan dunia
Internasional, sehingga diskriminasi terhadap muslim yang minoritas di negara
lain akan berkurang pula, khususnya di Eropa sebagai kawasan yang memilki
banyak kaum Islamophobia. Semakin bertambahnya penganutnya, secara otomatis
kekuasaan akan dunia perpolitikan, ekonomi, budaya dan aspek lainnya akan
diberada di bawah kaum muslimin yang menjalankannya secara Islamis.
Daftar Pustaka:
§
Tidak ada komentar:
Posting Komentar