Minggu, 10 Januari 2016

ISLAMOPHOBIA DI EROPA



Islamophobia adalah ketakutan akan segala hal yang berbau Islam. Phobia ini sering dikaitkan dengan eropa, karena banyak terjadi kejadian diskrimasi terhadap muslim di Eropa yang dilakukan oleh kelompok yang terjangkit phobia ini. Terlebih lagi pasca terjadinya tragedi 9/11 pada 2001, dimana gedung kembar WTC dan Pentagon di Amerika Serikat mendapat serangan yang meluluhlantakkan kedua bangunan tersebut. Media banyak melontarkan dugaan tersangka pelaku terorisme tersebut  kepada kelompok Islam radikal yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Hal ini tidak mengherankann jika membuat Islamophobia semakin meningkat dan menyebar di kalangan masyarakat Eropa.
Dilihat dari latarbelakang munculnya, Islamophobia muncul secara perlahan yang diawali oleh kurang berbaurnya masyarakat eropa dengan para imigran dari negara-negara yang mayoritas penduduk dan budayanya berdasarkan ajaran Islam seperti Aljazair, Turki, Maroko dan India. Hal ini disebabkan oleh budaya eropa yang kurang cocok dengan mereka. Eropa yang identik dengan sekularisasi, liberal dan bebas sangat bertentangan dengan budaya di negara asal mereka yang kerap kali berbudaya dengan dasar Islam. Dengan begitu, hal yang semacam itu dapat mengurangi komunikasi yang nyaman dan bahkan seringkali mengakibatkan perselisihan antar masyarakat. Ditambah lagi dengan tragedi-tragedi yang semakin memojokkan posisi Islam seperti bom bunuh diri di Inggris,  bom bunuh diri di Spanyol, pembunuhan terhadap sutradara Theo Van Gogh di Belanda, dsb.
Bentuk-bentuk Islamophobia yang berkembang di masyarakat akhir-akhir ini berupa: 1) pelarangan memakai burka (cadar penutup muka) bagi muslimah di Prancis. Bahkan perempuan yang tetap memakai burka cenderung untuk tidak mendapatkan hak yang sama dan adil, misalkan sulit untuk mendapatkan sekolah berkualitas yang dapat menerimanya dan untuk mendapatkan pekerjaan juga dipersulit; 2) Diskriminasi terhadap pelaksanaan ibadah umat muslim (termasuk pendirian tempat ibadah muslim); 3) pemeriksaan secara ketat di setiap imigrasi transportasi darat, laut dan udara terhadap mereka yang beragama Islam atau mereka yang berasal dari negara ang mayoritas penduduknya muslim.
Islamophobia semakin berkembang dan menyebar tidak lain juga dikarenakan berita-berita propaganda yang disuguhkan media kepada masyarakat. Masyarakat yang sering kali dicekoki dengan berita semacam itu, perlahan mulai mengiyakan adanya Islamophobia, dan kemudian opini publik tercipta akan bahayanya Islam yang semakin berkembang. Islam dikalangan masyarakat identik dengan kekerasan, terorisme, tidak menghargai hak asasi, tidak kompatibel dengan era modern, dan hal-hal yang buruk lainnya. Pelabelan image buruk terhadap Islam dilontarkan dengan sengaja oleh barat yang menguasai mayoritas media untuk mengubur ancaman akan semakin berkembangnya Islam sebagai ancaman penghambat pencapaian kepentingan mereka. Karena dilihat dari perkembangannya, populasi muslim di dunia termasuk Eropa telah mengalami perkembangan yang pesat. Saat ini persentase muslim di Eropa telah mengantongi angka kisaran 6%.
Perkembangan populasi muslim di Eropa tidak hanya karena berdasarkan keturunan yang dilahirkan oleh muslim di Eropa. Tetapi juga dari beberapa             penyandang agama lain yang memutuskan untuk beralih ke agama yang menurut mereka adalah agama yang paling benar, yakni Islam. Hal ini tidak lain karena kebenaran-kebenaran yang terkuak mengenai Islam. Khususnya pasca tragedi 9/11, memang hal ini semakin membuat Islamophobia berkembang di Masyarakat dan memojokkan posisi Islam. Namun, dari tragedi tersebut, tidak jarang pula masyarakat mulai mencari tau kebenarannya, apakah benar Islam merupakan agama yang buruk seperti yang disuguhkan oleh media? Karena pada kenyataannya, Islam malah semakin banyak diterima oleh masyarakat di Eropa.
Untuk mengetahui kebenaran akan buruk atau tidaknya agama Islam, perlu untuk mengetahuinya dari dalam Islam itu sendiri bukan dari media yang merupakan pemberi informasi yang bisa saja merupakan hoax untuk mempropaganda dan menggunakannya sebagai alat pencapai kepentingan. Seperti yang diberitakan IRIB, Gelombang Islamophobia dalam berbagai bentuk semakin menyebar luas di Eropa dan negara-negara Barat. Para pendukung gerakan anti-Islam terang-terangan menyebarkan propaganda Islamophobia dengan beragam sarana. Salah satunya adalah orgnisasi bernama “Pegida” yang lahir di Dresden, Jerman, pada oktober 2014 lalu. Pegida adalah singkatan dari “Patriotische Europaer gegen die Islamisierung des Abendlandes” yang berarti gerakan patriotis Eropa menentang Islamisasi.
Pasca tragedi 9/11, Islamophobia memang masih ada dan semakin muncul. Tapi tak seberapa jika dibandingkan perkembangan Islam yang pesat pasca pemboman WTC. Perkembangan yang pesat ini merupakan anomali karena seharusnya perkembangan muslim mengalami penurunan yang drastis. Penyebab terjadinya pertumbuhan muslim yang tak terduga itu tidak lain karena keingintahuan masyarakat Eropa akan Islam. Bagaimana di Era modern saat ini, terdapat agama yang mengajarkan kekerasan yang sangat tidak kompatibel dengan era globalisasi. Dimulai dari rasa penasaran ini lah kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku serta Al-Qur’an yang menjadi pedoman orang Islam. Setelah mengetahui tentang Islam sebenarnya, bukannya bertambah kebenciannya terhadap Islam malah kedamaian yang mereka temukan. Islam ternyata merupakan agama yang sangat toleran, menghargai hak asasi manusia, memuliakan posisi perempuan, tidak mengiyakan adanya kekerasan dan banyak lagi keunggulannya lainnya.
Mereka yang selama ini kekeringan spiritual dan kehidupannya yang tak terarah serasa mendapat kesejukan dan kedamaian hati di dalam Islam. Kehidupan mereka sebelumnya di negara sekular tersebut hanyalah kebebasan yang tak terarah, hidup hanyalah tentang uang. Free sex, clubbing dan berbagai kesenangan lainnya pada dasarnya mereka sadari tak memberi kepuasan batin dan ketenangan jiwa. Namun di Islam, setiap detail kelakuan telah diatur dan terarah. Islam yang dinilai mendiskriminasi posisi perempuan tidak benar adanya. Islam yang memerintahkan perempuan untuk menutupi aurat pada kenyataanya adalah untuk melindunginya, serta memuliakannya karena perempuan merupakan perhiasan yang perlu untuk dijaga. Free sex dan kesenangan lainnya pada kenyataanya adalah merugikan dan malah merendahkan derajat perempuan. Dari sini dapat dilihat akan masa depan Islam di Eropa yang cerah dan mampu menjadi suatu kekuatan umat Islam yang besar.


Daftar pustaka:

Islam di Amerika Serikat



Amerika serikat, mendengar nama negara ini pikiran di benak sebagian besar orang adalah negara adidaya, super power, sekular, kapitalis, demokratis dan sangat mendominasi di kancah Internasional. Dalam perpolitikan pemerintahannya, sistem yang dipakai adalah demokrasi. Bahkan negara satu ini memang merupakan negara paling demokrat no. 1 di dunia. Lalu, saat ini posisi Islam di negara adidaya ini perlu dipertanyakan. Apakah Islam juga dipandang sama dan diberikan hak yang sama sebagai salah satu agama yang juga dianut oleh sebagian warga negaranya? Persoalan ini memerlukan pengetahuan mengenai bagaimana pandangan-pandangan AS dan sikapnya terhadap Islam.

Islam adalah ancaman, pemikiran ini lah yang merasuk ke dalam AS. Setelah komunisme tumbang sebagai musuh utamanya di dunia, kemudian Islam dianggap sebagai penggantinya yang harus selalu diwaspadai. Mayoritas masyarakat Amerika mengetahui sedikit tentang Islam melalui media. Media disana pun disetir untuk menjelekkan citra Islam. Sehingga tak heran jika banyak masyarakat disana mengenal Islam sebagai agama yang buruk, tidak kompatibel dengan era modern, fundamentalis dan suka untuk menggunakan kekerasan. Situasi ini lah yang mendorong muncul dan berkembangnya Islamophobia (Phobia atau anti terhadap segal yang berbau Islam) di Amerika. Namun situasi ini secara bertahap berubah dengan semakin terkuaknya keindahan Islam dan ketidakbenaran akan keburukan-keburukan Islam seperti yang diberitakan oleh banyak media.

“Selama bertahun-tahun, di media kita banyak moderator acara talkshow, di stasiun televisi ‘Fox News’, juga stasiun lain, kolumnis di koran, pendeta, Kristen garis keras dan lainnya yang phobia terhadap Islam. Dan publik Amerika terpapar hal-hal itu setiap hari.” Papar jim kolbe. Ditambah lagi politisi yang melontarkan pernyataan anti Islam demi mendapat simpati pemilih. Menurut banyak penelitian, muslim di Amerika terintegrasi dengan baik, kata John Eksposito. Mereka berintegrasi denga masyarakat secara ekonomi, dari tingkat pendidikan, dan secara politik juga makin bertambah. Banyak penghasilan di atas rata-rata orang Amerika.

Namun, mengingat situasi ekonomi yang buruk, orang sering mencari kambing hitam dan menemukannya pada Muslim. Tingginya angka pengangguran ikut berpengaruh, juga ketidaksukaan yang berkembang saat ini terhadap orang asing dan imigraan ilegal, kata Muqtedar Khan, profesor Ilmu politik di Universitas Delaware.”Ada ketakutan bahwa Amerika berubah. Pilihan terhadap nama tengahnya hussein, ikut berkontribusi. Banyak orang Amerika khawatir, perubahan tidak bisa dielakka. Sebagian ingin negara kembali didominasi umat Kristen kulit putih. Mereka takut terpinggirkan di negara mereka sendiri,” ungkap Muqtedar Khan, yang lahir di India dan sudah 20 tahun hidup di AS.

Di satu sisi, Islam memang dipandang sebagi hal yang buruk, namun disisi lain Islam terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Islam sendiri mulai masuk ke Amerika Serikat melalui imigrasi yang dilakukan oleh imingran dari Syria besar (Syria, Jordan, Palestina dan Lebanon). Pada saat itu, Syria besar dibawah kekuasaan kekaisaran Ottoman yang menurut mereka tidak banyak memberikan kesejahteraan ekonomi, sehinggga mereka memutuskan bermigrasi untuk memperbaiki taraf hidupnya di Amerika. Ini merupakan gelombang pertama Islam masuk Amerika.

Selama ini, Islam memang belum menjadi mayoritas di negara yang paling demokratis ini. Namun suatu perkembangannya dari waktu ke waktu tak bisa dielakkan. Perkembangan muslim di Amerika dapat dilihat pada akhir abad 20 an. Masyarakat muslim telah menyebar di berbagai kota besar seperti dearborn dan Michigan dengan penduduk muslim berjumah sekitar 800.000 imigran muslim , Chicago dengan 250.000 imigran dan penduduk asli muslim, New Yorkdan pantai timur Amerika tercatat lebih dari 250.000 muslim. Di California yang banyak menampung imigran dari Iran dan Pakistan memiliki lebih dari 250.000 kaum muslimin.

Hal tersebut, belum seberapa jika dibandingkan perkembangan Islam yang begitu pesat pasca tragedi 9/11 dimana Islam terpojokkan posisinya sebagai pelaku dari kejahatan terorisme yang terjadi. Aneh memang, karena seharusnya, dengan tragedi tersebut perkembangan Islam seharusnya mengalami penurunan drastis. Kebencian yang bertambah memang dirasakan oleh beberapa orang Amerika karena aksi pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikiranya dilakukan oleh kelompok Islam. Ditambah lagi, media yang memberikan bumbu-bumbu kebencian terhadap Islam dan semakin menggembor-gemborkan keburukan Islam. Namun, di sisi lain anomali terjadi, karena pada kenyataannya pertumbuhan Islam di negara sekular tersebut begitu pesat. Tercatat 8 juta orang Muslim yang kini berada di Amerika dan 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah tragedi pemboman tersebut. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika.

Penyebab terjadinya pertumbuhan muslim yang tak terduga itu tidak lain karena keingintahuan masyarakat Amerika bahkan Eropa akan Islam. Bagaimana di Era modern saat ini, terdapat agama yang mengajarkan kekerasan yang sangat tidak kompatibel dengan era globalisasi. Dimulai dari rasa penasaran ini lah kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku serta Al-Qur’an yang menjadi pedoman orang Islam. Setelah mengetahui tentang Islam sebenarnya, bukannya bertambah kebenciannya terhadap Islam malah kedamaian yang mereka temukan. Islam ternyata merupakan agama yang sangat toleran, menghargai hak asasi manusia, memuliakan posisi perempuan, tidak mengiyakan adanya kekerasan dan banyak lagi keunggulannya lainnya.

Mereka (masyarakat Amerika) yang selama ini kekeringan spiritual dan kehidupannya yang tak terarah serasa mendapat kesejukan dan kedamaian hati di dalam Islam. Kehidupan mereka sebelumnya di negara sekular tersebut hanyalah kebebasan yang tak terarah, hidup hanyalah tentang uang. Free sex, clubbing dan berbagai kesenangan lainnya pada dasarnya mereka sadari tak memberi kepuasan batin dan ketenangan jiwa. Namun di Islam, setiap detail kelakuan telah diatur dan terarah. Islam yang dinilai mendiskriminasi posisi perempuan tidak benar adanya. Islam yang memerintahkan perempuan untuk menutupi aurat pada kenyataanya adalah untuk melindunginya, serta memuliakannya karena perempuan merupakan perhiasan yang perlu untuk dijaga. Free sex dan kesenangan lainnya pada kenyataanya adalah merugikan dan malah merendahkan derajat perempuan.

Dari paparan diatas, dapat diprediksikan bahwa Islam di Amerika memilki masa depan yang cerah. Selain itu dalam beberapa dekade ke depan, jika persentase pertumbuhan muslim konstan maka Islam secara pasti akan menjadi agama mayoritas di negara superpower tersebut. Dengan begitu, diskriminasi terhadap muslim sebagai minoritas akan berkurang bahkan berhenti. Apalagi Amerika merupakan negara yang banyak memberikan pengaruh terhadap banyak negara dan dunia Internasional, sehingga diskriminasi terhadap muslim yang minoritas di negara lain akan berkurang pula, khususnya di Eropa sebagai kawasan yang memilki banyak kaum Islamophobia. Semakin bertambahnya penganutnya, secara otomatis kekuasaan akan dunia perpolitikan, ekonomi, budaya dan aspek lainnya akan diberada di bawah kaum muslimin yang menjalankannya secara Islamis.



Daftar Pustaka:
§   


Sabtu, 09 Januari 2016

PERKEMBANGAN GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL DI INDONESIA


 
Kapitalisme semakin menunjukkan perkembangannya di era Globalisasi. Paham ini menempatkan dua posisi paling mencolok dalam kehidupan masyarakat. Satu posisi, dimana orang atau kelompok sebagai pihak yang mengeksploitasi dan satu posisi lain sebagai pihak yang tereksploitasi. Kondisi ini mendorong munculnya suatu kelompok masyarakat untuk memberontak dan memprotes eksploitasi yang terjadi, serta menuntut akan hak dan kepentingan yang ingin didapat. Kelompok tersebut berupa masyarakat sipil yang tergabung dalam suatu komunitas, organisasi dan juga kelompok keagamaan seperti gerakan Islam Transnasional. Kelompok ini tidak hanya bergerak dalam hal spiritual saja, tapi juga dalam hal perpolitikan, sosial, serta aspek lainnya untuk dapat mencapai tujuannya. Sehingga tak heran jika gerakan ini mampu untuk memberi pengaruh terhadap politik suatu negara dan bahkan dalam dunia Internasional.

Definisi mengenai gerakan islam transnasional dalam buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan oleh wahid institute 2009 terbagi menjadi dua, radikal dan moderat. Secara radikal kelompok ini didefinisikan sebagai Individu atau organisasi yang memutlakkan pandangannya dan tidak toleran terhadap perbedaan dan argumen kelompok lain. Sedangkan secara moderat, kelompok ini didefinisikan sebagai Individu yang menghargai perbedaan berkeyakinan sebagai fitrah; tidak mau memaksakan keyakinannya pada orang lain, baik melalui pemerintah atau bukan; menolak cara-cara kekerasan atas nama agama dalam bentuk apapun; menolak berbagai bentuk pelarangan unruk menganut pandangan dan keyakinan yang berbeda sebagai bentuk kebebasan yang konstitusi negara kita; pancasila dan NKRI sebagai konsensus final (hal 48). Secara simpel, gerakan islam internasional dapat diartikan sebagai gerakan keagamaan Islam yang bergerak di lintas negara atau dunia internasional.

Karakteristik Gerakan Islam Internasional:
ü  Bersifat transnasional
ü  Ideologi gerakan tidak lagi bertumpu pada konsep nation-state, melainkan konsep umat
ü  Didominasi oleh corak pemikiran skripturalis fundamentalisme atau radikal
ü  Secara parsial mengadaptasi gagasan dan instrumen modern

Indonesia merupakan negara yang tak ketinggalan untuk dimasuki gerakan islam yang besifat lintas negara ini. Setidaknya terdapat enam gerakan islam transnasional di negara tersebut:
o   Ikhwanul Muslimun
o   Hizbut Tahrir
o   Jihadi
o   Salafi Dakwah dan Salafi Sururi
o   Jamaah Tabligh (Gerakan Dakwah)
o   Syiah
1.        Ikhwanul Muslimun (IM)
Persebaran IM kurang lebih di 70 negara, mulai dari  Eropa, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara hingga Amerika Serikat dan Kanada. Hingga kini pusat jaringan di IM Mesir. Sifat jaringan ini sangat fleksibel dan setengah tertutup. Nama  gerakan berbeda-beda di setiap negara. Meskipun demikian, semua disatukan oleh pemikiran dan metodologi  Ikhwan. Kekuatan utama  gerakan ini  adalah pembentukan kelompok-kelompok pengajian (halaqoh). Secara umum,  gerakan Ikhwan sekarang ini terbelah dalam dua arus besar: Ikhwan Tarbiyah dan Ikhwan Jihad.

-         Ikhwanul Muslimun Tarbiyah
Ikhwan  versi tarbiyah  merupakan ikhwan versi resmi. Secara internasional dikendalikan oleh Mursyid Am ketujuh yaitu  Muhammad Mahdi Akif. Ikhwan versi Tarbiyah tidak terlalu radikal. Tujuan utamanya tetap, yaitu membentuk “daulah Islamiyah”. Namun, cara yang ditempuh bersifat  non-kekerasan. Mereka dapat memanfaatkan istrumen demokrasi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Kemenangan partai Ikhwan di  Aljazair, FIS, menjadi momentum penting bahwa  jalur tarbiyah, moderat dan parlementarian, dapat menemukan efektivitasnya. Model  tarbiyah kemudian  diterima secara luas di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Model ini sekarang menjadi katup penyelamat penting, tatkala  Ikhwan Jihadi sedang terpukul di beberapa negara. Jalur Tarbiyah memasuki Indonesia  pada dekade 1980-an.  Tokoh penting yang mengusung jalur ini adalah  Rahmat Abdullah dan  Hilmi Aminudin Hasan. Ada tiga  jalur penting pengembangan Ikhwan Tarbiyah di Indonesia: 1) Kelompok Usroh di kampus 2) alumni Timur Tengah 3) Alumni LPPIA. Pertemuan  tiga jalur inilah yang selanjutnya melahirkan PKS sekarang ini.

2.       Hizbut Tahrir
Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia berawal dari para aktivis masjid kampus Mesjid Al-Ghifari, IPB Bogor. Dibentuk kemudian halaqah-halaqah (pengajian-pengajian kecil) untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan HT. Sebuah konferensi Internasional soal Khilafah Islamiyah digelar di Istora Senayan pada 2002. Konferensi juga menandai lahirnya organisasi Hizbut  Tahrir di Indonesia. Organisasi ini langsung memproklamirkan diri sebagai  partai politik  yang berideologi Islam, namun menolak  bergabung dengan sistem politik yang ada. Penolakan ini merupakan bentuk  baku dari  HT Internasional. Pimpinan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) sekarang adlah Hafidz Abdurrahman. Dalam pengembangannya, sasaran  dakwah HT  adalah masjid-masjid  jami di kabupaten.

3.       Jihadi (IKHWANI DAN SALAFY)
Mewabahnya gerakan Jihadi dipicu oleh perang Afganistan. Bahan  baku utama gerakan  ini terutama berasal dari gerakan Ikhwan sayap radikal  dan  Salafy sayap radikal. Pemikir besarnya adalah Abdullah Azzam, Aiman Zawahiri, dan Sheikh Abu Muhammad Al Maqdisy. Sedang operator  utamanya adalah  Usamah bin Laden (berbeda dalam nama dan bahasa, namun bersatu dalam bentuk dan tujuan muhtalilifah al Asma’ wa al lughat Muttahidah al Asykal wa al aghrad). Pertemuan antara pengikut ikhwan sayap radikal dan salafy radikal inilah yang menjadi tiang utama  gerakan jihadi. Pengikut gerakan  ini sebagian besar adalah alumni  Afgan, Moro dan Chechnya. Sedangkan Bahan baku gerakan jihadi di Indonesia  terutama berasal dari  aktivis  Darul Islam (DI) Faksi Abdullah Sungkar. Dalam konteks rekrutmen dan  pematangan  jamaah jihad,  Abdullah Sunkar dan Baasyir merupakan tokoh kunci. Basis pendukung  gerakan Jihadi umumnya masih didominasi  pengikut DI, khususnya  jaringan  pesantren Ngruki serta  alumni Afgan dan Moro.

4.       Salafi Dakwah dan Salafi Sururi
Gerakan Salafi Dakwah merupakan bagian dari paham Wahabi. Gerakan ini untuk membendung pengaruh Ikhwanul Muslimin, Syiah, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabliqh dan  aliran lainnya. Gerakan ini berkembang secara internasional melalui  jaringan guru-murid ulama-ulama Wahabi dan dukungan dana pemerintah Arab Saudi. Tokoh sentral gerakan ini adalah Bin Bazz, Nashiruddin Al-Bani, dan  Skheh Mugbil. Pendekatan : tekstual, kemurnian aqidah, dan apolitik. Gerakan salafi  baru muncul di Indonesia pada awal dekade 1980-an. Alumni LIPIA angkatan pertama, kini menjadi tokoh terkemuka di kalangan salafi. Generasi pertama LIPIA tersebut sangat anti terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin, Hizbut tahrir, Jamaah Tabligh dan Darul Islam. Di Indonesia sendiri, banyak sekali kalangan salafi termasuk sururiyah atau yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Oleh karena modus pengembangan berbasis pesantren, maka gerakan salafy di Indonesia umumnya bertabrakan langsung dengan konstituen NU.  Hal ini sudah terjadi di NTB di mana sejumlah konflik terbuka sudah berlangsung. Meskipun secara teoritis dapat seiring dengan Persis, namun dalam kenyataannya Salafy cenderung mengambil jarak dengan Persis. Salafy juga mengambil sikap konfrontatif dengan Ikhwan, Syiah maupun Jamaah Tablig.

5.       Jama’ah Tabligh (Gerakan Dakwah)
Gerakan ini Apolitik dan merupakan gabungan antara wahabisme dan suffisme. Ia menjadi  bahan baku  bagi gerakan sunni radikal (Harakatul Mujahidin). Jamaah Tabligh di Indonesia mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Sasaran  utama pengembangan  Jamaah Tablig  umumnya   kalangan perkotaan  terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan  ada minat terhadap  sufisme. Sebanyak 20.000 anggota jamaah tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia.

6.       Syi’ah
Secara kultural, Syi’ah telah masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah dalam bentuknya yang taqiyah. Setelah terjadi Revolusi Islam Iran (1979), pada awal gerakannya bersifat intelektual, namun sejak kehadiran alumnus Qum gerakan Syi’ah mulai mengembangkan Fiqh Syi’ah, sehingga muncullah lembaga-lembaga Syi’ah. Syi’ah di Indonesia ada dua corak: Syi’ah Politik, untuk membentuk Negara Islam (para pengikut ide-ide politik dan intelektual Syi’ah)Syi’ah non politik, untuk membentuk masyarakat Syi’ah (para pengikut fiqhiyah syi’ah).

Gerakan Islam Transnasional di Indonesia ini akan terus berkembang. Gerakan ini akan menggerogoti basis-basis gerakan Islam lokal. Basis Muhammadiyah  di perkotaan  umpamanya, sekarang ini sedang digerogoti oleh jamaah Ikhwan dan HT. Jamaah tabligh mengerogoti beberapa konstituen penting NU di perkotaan. Sedangkan gerakan salafi, berusaha mengambil jamaah NU puritan dengan pendekatan pesantren. Adapun Jamaah Tabligh  sedang mengincar komunias-komuntas sufi. Untuk sementara ini, konflik besar antara gerakan Islam lokal dan gerakan Islam Transnasional memang belum terjadi. Namun, letupan-letupan kecil sudah terjadi, seperti kasus di NTB.

Sesama  jaringan internasional di Indonesia ternyata  terlibat  ketegangan yang kuat. Jamaah  Ikhwan umpamanya, tidak pernah bertemu dengan  HT.  Sedangkan Salafi  sangat getol  mengecam  gerakan Ikhwan, HT, maupun Jamah Tablig. Meskipun terjadi persaingan yang serius,  semua gerakan transnasional tersebut ternyata bertemu dalam agenda   terwujudnya pemerintahan Islam.  Kecuali Salafi Dakwah  dan  Jamaah Tablig yang, untuk sementara, bersifat apolitik. Apabila melihat kecenderungannya, maka jamaah Ikhwan, HT dan Syiah  tampaknya  paling berpotensi untuk terus membesar.  Ketiga jaringan ini untuk masa yang akan datang menjadi saingan serius gerakan Islam lokal. Gerakan Islam lokal (Sunni moderat) tampaknya paling ketinggalan dalam kompetisi  global ini. Hal ini karena, gerakan Islam lokal semata-mata berbasis nation-state  dan tidak mempunyai  jaringan internasional yang kuat.  




Daftar Pustaka: